Mungkin kita sudah sangat familiar dengan aplikasi Tiktok, Zoom, Instagram atau mobile legend. Di masa pandemi COVID-19 aplikasi-aplikasi sejenis menjadi semakin dikenal masyarakat luas. Semua itu merupakan produk-produk teknologi masa kini. Dan semakin berkembangnya era digital, ke depannya akan banyak aplikasi yang menghiasi jagad digital. Tapi pernahkah terbayang, bagaimana aplikasi-aplikasi tersebut bisa tercipta? Jawabannya sangat sederhana, yaitu dengan mempelajari TIK.
Ya, Teknologi Informasi dan Komunikasi atau yang lebih dikenal dengan singkatan TIK tanpa disadari memang menjadi dasar dari cabang-cabang ilmu yang lebih mendalam, misalnya Teknologi Informasi, Ilmu Komputer, Rekayasa Perangkat Lunak dan masih banyak lagi. Sekarang muncul pertanyaan, apakah belajar TIK itu penting?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pertama kita pahami dulu apakah TIK itu. Teman-teman pada jenjang SMP dan SMA sederajat sejak tahun 2000-an sampai sekitar akhir tahun 2013 pasti sangat familiar dengan mata pelajaran TIK. Mungkin masih melekat dipikiran kita bahwa mata pelajaran TIK merupakan pelajaran mengetik, membuat presentasi atau bermain game. Ya, pada praktiknya memang demikian, namun teori yang ada di dalam TIK jauh lebih dalam bahkan mencakup etika, moral, HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) dan keselamatan kerja.
DEFINISI TIK
Menurut Puskur Diknas Indonesia, TIK adalah suatu rangkaian struktur yang saling berkaitan antara satu sama lain dimana di dalamnya terdapat aktivitas proses, kelola, manipulasi, dan transfer data maupun informasi dari suatu media ke media lainnya.
Dari pengertian tersebut, apabila dikaitkan dengan mata pelajaran di sekolah, sederhananya berarti TIK merupakan ilmu yang didalamnya membahas tentang teknologi dan interaksi antara brainware (pengguna), hardware (perangkat keras) dan software (aplikasi). Sedangkan aktivitas proses, kelola, manipulasi, dan transfer data maupun informasi dari suatu media ke media lainnya merupakan satu rangkaian dalam sistem teknologi tersebut.

Untuk lebih mudah lagi memahami tentang TIK, kita dapat analogikan dari sebuah sistem kasir toko. Pada hari-hari tertentu sering kali toko membuat sebuah promosi berupa diskon, atau beli satu gratis satu dan lain sebagainya. Mengapa hal ini dilakukan? Sederhananya, karena toko tersebut telah mendapat data, mengolah data tersebut dan memperoleh informasi. Misalnya, menjelang Idul Fitri, toko akan mengemas beberapa barang menjadi parcel dan dijual dengan harga yang sangat menarik dibandingkan dengan kita harus membeli barang-barang itu secara terpisah. Atau pada hari valentine biasanya toko akan memberikan diskon untuk produk coklat batangan sebab pada hari itu identik dengan saling bertukar coklat. Tujuannya jelas agar orang membeli coklat lebih banyak dari biasanya.

Poinnya adalah, TIK pada dasarnya membuat kita belajar tentang pentingnya membuat suatu sistem, berpikir secara terstruktur dan dapat mengolah data-data menjadi sebuah informasi yang bernilai lebih. Hal itu dapat dipelajari lebih lanjut pada ilmu Data Mining, Big Data dan UX (User Experience) yang merupakan pendalaman ilmu dari TIK.
DINAMIKA MATA PELAJARAN TIK
Melihat dari analogi diatas, sudah menggambarkan betapa pentingnya mata pelajaran TIK. Namun sayangnya, sejak diterapkannya Kurikulum 2013, pelajaran TIK “dihapuskan”. Pada praktiknya, TIK bukannya benar-benar dihilangkan, melainkan tidak lagi dijadikan sebagai sebuah mata pelajaran. Sebab sejak saat itu pula, praktik TIK diintegrasikan ke dalam mata pelajaran lainnya. Di sekolah pun, mata pelajaran TIK berubah status menjadi bimbingan TIK.
Pengintegrasian yang dimaksud, misalnya peserta didik mendapatkan tugas untuk membuat cerita pendek pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, penerapan TIK yang dapat digunakan adalah peserta didik mengetik cerita tersebut dan membuatnya dalam file pada aplikasi Microsoft word. Contoh lainnya, peserta didik diminta untuk membuat klasifikasi tanaman pada mata pelajaran IPA, maka dapat menggunakan aplikasi Microsoft Excel untuk membuat bagan-bagan klasifikasi tanaman tersebut.
Hal ini tentu saja merupakan sebuah kemajuan, karena dengan semakin sering mempraktikannya, maka peserta didik akan semakin terbiasa pula. Namun meskipun TIK dianggap bisa terintegrasi disemua mata pelajaran tetapi peserta didik yang notabene merupakan generasi penerus bangsa ini tetap membutuhkan sebuah pelajaran tentang pentingnya dasar-dasar yang kuat dalam penanaman konsep tentang etika dan moral dalam memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Peserta didik pada era ini, atau lebih dikenal dengan era generasi Z merupakan generasi yang sangat familiar dengan dunia internet. Meskipun demikian, tanpa sebuah disiplin ilmu yang mengajarkan peserta didik untuk memahami lebih dalam tentang sebuah sistem, maka mereka hanya akan menjadi Slave User (budak) atau bahkan menjadi Crime Digital (pembajak).
Kesadaran tentang pentingnya mata pelajaran TIK perlu dimiliki oleh semua pihak, tidak hanya guru tetapi juga masyarakat dan terutama para penentu kebijakan. Tentu kita tidak ingin tertinggal dari negara lain terutama dalam hal penguasaan teknologi. Karena tertinggal di bidang teknologi akan berdampak serius pada aspek-aspek lainnya seperti ekonomi, sosial dan budaya yang berimplikasi pada kedaulatan negara.
Maka dari itu, Mata Pelajaran TIK di abad digital ini merupakan suatu keharusan, sebab siapapun tidak bisa menolak atau menghindar dari penggunaan dan pemanfaatannya dalam semua aspek kehidupan. Dengan pembelajaran TIK peserta didik akan diajarkan bagaimana menjadi seorang yang ahli atau setidaknya memahami bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi dari hal yang paling mendasar. Mereka akan mampu memanfaatkan TIK dalam kehidupan sehari-hari. Akan lahir programmer-programmer muda, akan semakin banyak generasi muda yang mampu menggunakan internet secara sehat dan memahami serta mempraktikan etika, moral dan keselamatan dalam memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
- Penulis : Gde Pajar Pratama